Proyek Madrasah Ala PT. Total Hita Persada,di Pesisir Selatan Disorot
Pekerjaan yang bertebar di kabupaten/kota di Sumbar, sangat rentan dimainkan. Apalagi, kurangnya pengawasan, sehingga mutu dan kualitas pekerjaan diragukan. Dan, tak tertutup kemungkinan, terjadi pada pekerjaan rehabilitasi dan renovasi sarana prasarana madrasah dibawah Dirjen Cipta Karya, Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sumbar yang dikerjakan PT. Total Hita Persada
Sumbar,Padang,OvumNews.Com--Proyek Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jendral Cipta Karya, Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sumatera Barat, pekerjaan rehabilitasi dan renovasi sarana prasarana madrasah menuai sorotan berbagai kalangan.
Pasalnya, proyek madrasah yang tersebar di Kabupaten Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Kota Padang dan Kota Pariaman. Min 1 Kota Padang, MTsn 3 Kabupaten Pessel, MTsn 11 Kabupaten Pessel, Man Linggo Kabupaten Pessel, MTSN 3 Kota Pariaman, MTSN 3 Kabupaten Padangpariaman, MTSN 5 Kota Padang, MTSN Lumpo Kabupaten Pessel, rentan dimainkan
Terindikasi, proyek bernomor kontrak. 07/KU.03.01/PPK.PPSPPOP/PPP-SB/2020, waktu pelaksanaan 180 hari kalender, tahun anggaran 2020, nilai pekerjaan Rp. 16.941.565.000.00 sumber dana APBN murni 2020, tanggal mulai kontrak 23 Januari 2020, pelaksana PT Total Hita Persada, konsultan menejemen PT Andalas Raya Consulindo KSO, PT Bina Cipta Jaya Sejati, PT Wandra kontruksi Cipta Engineering Consultant, diduga pekerjaan tak mengacu spesifikasi teknis.
Telusuran media ini, beberapa hari lalu di MTSN 5 Kota Padang, terindikasi beberapa item pekerjaan diragukan. Terlihat, besi yang digunakan, terutama untuk begol menggunakan besi non SNI. Semen yang digunakan bukan tipe 1, tapi semen PCC itu, juga didatangkan dari luar. Coran kolom utama, maupun kolom praktis terlihat keropos dan asal asalan. Masih terlihat tiang besi tak berbungkus selimut beton dan ditutupi plasteran.
Parahnya, untuk pekerjaan kunsen atau jendela, antara tiang dengan disatukan dengan bata berukuran setengah. Pasangan batu bata itu, terindikasi tak kuat menahan beban jendela. Begitu juga tanah timbunan untuk lantai, disamping menggunakan batu berukuran besar, juga bekas reruntuhan bangunan lama. Termasuk juga untuk menutupi slove gantung untuk pondasi.
Wajar saja, pekerjaan asal asalan itu menuai sorotan warga setempat. Apalagi, pekerja yang didatangkan dari Jawa itu, tak memikirkan mutu dan kualitas pekerjaan. Diprediksi ini juga terjadi pada pekerjaan yang tersebar di kabupaten/kota di Sumbar.
Inipun menuai tanggapan dari Darwin, Direktur LSM ACIA Sumbar. Katanya kepada media ini via WAnya setelah dilihatkan poto pekerjaan, persoalan ini tidak saja terjadi di Kota Padang, tapi juga terjadi di Kabupaten Painan dan Kabupaten Padang Pariaman. “Bahkan di Kabupaten Padang Pariaman dan Painan juga telah disorot media dan LSM,” kata Darwin
Ia melihat memang pekerjaan yang dilakukan perusahaan tersebut, ada beberapa penyimpangan. Apalagi, pekerjaan menggunakan tenaga kerja setempat, meski juga didatangkan dari Jawa.” Namanya, tukang dari daerah, tanpa berpedoman pada gambar kerja, tentu bekerja layaknya membangun rumah yang sering mereka kerjakan selama ini,” imbuhnya.
Menariknya, Reymond dari PT. Total Hita Persada, menampik semua tuduhan itu. Ditemui di kantornya dikawasan Pantai Padang, Kamis (29/4) malam, saat hujan lebat mengguyur Kota Padang, mengaku tak memahami pertanyaan media ini via WA nya.”Ini bukan masalah teknis. Sebaiknya, kita bicara masalah teknis,” katanya.
Pertanyaan yang diberikan dua minggu lalu, namun karena kesibukan Reymon ia baru bisa menjawab, sudah dikatakan secara visual ditemukan dilapangan kolom utama dan praktis coran keropos dan kosong, sehingga besi tak berselimut beton. Alasan Reymon, itu disebabkan bagestingnya dari papan. “Setelah selesai dicor, pekerja membuka bagesting dan coran melekat pada dibagesting yang dibuka,” katanya.
Debat terjadi saat besi yang digunakan untuk begol non SNI. Tapi, Reymon malah melihatkan tumpukan besi lain yang bermerek SNI. Padahal, sebelum memoto media ini telah memeriksa dari ujung sampai keujung tak ada merek SNI.” Besi kami semuanya SNI,” dalihnya, seraya melihat poto tumpukan besi yang beda dengan poto dikirim media ini.
Terkait masalah pasangan setengah bata yang menghubungi kolom dan jendela, memang itu jarak dalam gambar. Begitu juga masalah timbunan menggunakan beton bekas reruntuhan, alasannya yang penting ada timbunan dan nanti juga akan ditutupi tanah timbunan.”Bawah slove gantung, juga akan ditimbun, meski dibawahnya ada tumpukan batu,” katanya.
Masalah semen yang digunakan PCC bukan Tipe 1, katanya tak ada persoalan. Ia juga membanggakan, semua yang digunakan dalam pekerjaan tersebut barang mahal, termasuk kabel yang digunakan.”Di Painan kami menolak bata yang didatangkan. Sebab bata dari Painan, bukan Lubuk Alung,” katanya sembari menyebutkan, kami tak ingin nama perusahaan jelek akibat kerja asal asalan. Nv